Cara Diet yang Salah dan Benar

Ibarat menu makanan di restoran, semuanya ada. Begitulah diet untuk menurunkan berat badan. Beragam jenis diet ditawarkan, tapi yang mana yang pas dan benar untuk tubuh, harus dipertimbangkan.

Dengan diet yang benar, berat badan jadi seimbang, tubuh pun sehat.Perempuan sering salah kaprah mengartikan diet. Banyak yang beranggapan, cara ampuh untuk menurunkan berat badan adalah lewat diet yang diartikan sebagai "puasa" atau mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Asumsinya, dengan mengurangi jumlah asupan makanan sebanyak mungkin, akan mempercepat penurunan berat badan menuju berat yang diinginkan.

Dr. Luciana B. Sutanto, MS, Sp.GK menjelaskan, pengertian diet tidaklah sesederhana itu. "Diet sebenarnya mempunyai arti kombinasi makanan dan minuman di dalam hidangan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Jadi, mengatur makan dengan pola yang sehat," papar spesialis gizi klinik dari RS Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta.

Ada begitu banyak metoda berdiet untuk menurunkan berat badan yang tersedia. Dari the Atkins Diet (diet rendah karbohidrat), the Cabbage Soup Diet, the Grapefruit Diet, the South Beach Diet, the Balance Diet, dan lain-lain. Dari sekian jenis diet, Lucia menilai, yang terbukti terbaik adalah balance diet atau diet gizi seimbang. "Diet seimbang memberikan gizi seimbang yang diperlukan tubuh dan memenuhi kebutuhan metabolisme normal."

Diet yang benar, lanjut Luciana, adalah tetap mengonsumsi makanan dengan komposisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah seimbang. "Tentu saja dengan total kalori yang lebih rendah dari yang biasa dikonsumsi, sehingga tubuh akan menggunakan simpanan energi tubuh, yaitu lemak tubuh, baik yang berlokasi di bawah kulit maupun yang berada di dalam tubuh (lemak viseral). Dengan hilangnya massa lemak tubuh, maka akan terjadi penurunan berat badan," terang dokter yang juga mengajar di FKUI-RSCM ini.

ANALISIS ASUPAN

Luciana mengingatkan, diet untuk menurunkan berat badan dengan mengurangi asupan karbohidrat atau lemak tidak begitu saja dapat dilakukan. "Mengurangi salah satu makronutrien (karbohidrat atau lemak, misalnya) harus disesuaikan dengan asupan sehari-hari," sarannya.

Luciana mencontohkan, mengurangi asupan lemak pada orang yang konsumsi lemaknya sehari-hari tinggi karena hobi makan kerupuk dan cemilan goreng, pasti hasilnya bagus, berat badan bisa turun. "Tapi, pada orang yang sama, jika karbohidratnya yang dikurangi, maka dietnya menjadi tidak seimbang. Berat badan juga belum tentu turun, tergantung kalori total yang dikonsumsi atau dikurangi. Demikian juga sebaliknya, jika riwayat asupan sehari-hari konsumsi karbohidrat yang tinggi, untuk mengurangi berat badan ya harus mengurangi asupan karbohidratnya."

Yang harus diketahui, menerapkan metode diet yang salah dapat mengakibatkan target menghilangkan massa lemak tubuh tidak tercapai. "Ini karena penurunan berat badan bukan diakibatkan hilangnya massa lemak, melainkan cairan tubuh atau massa otot."

Memilih jenis diet juga harus disesuaikan dengan keadaan tubuh. Misalnya, jenis diet yang menganjurkan konsumsi tinggi protein kurang menguntungkan bagi orang tua, karena fungsi ginjal orang tua biasanya sudah mulai menurun. "Ditambah lagi jika ada gangguan ginjal yang menyertai." Contoh lain, diet sangat rendah kalori justru akan mengganggu aktivitas fisik orang yang bekerja, karena dengan konsumsi sangat rendah kalori, kebutuhan tubuh tidak akan tercukupi. "Akibatnya, tubuh jadi kurang segar dan malah tidak bisa berkonsentrasi."

Idealnya, lanjut Luciana, jika ingin menurunkan berat badan dengan mengatur pola makan, harus dilakukan analisis asupan dulu. Dengan analisis asupan, makanan yang dikonsumsi sehari-hari dihitung. Dari penilaian tersebut akan tampak kalori dan komposisi makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Baru kemudian diatur dengan pedoman kebiasaan makan sehari-hari.

(Nova)