Penyakit Flu Burung

Flu Burung: Penyakit yang Mematikan

Penyakit flu burung mulai mewabah
pada tahun 2003. Di Asia,
virus ini telah menular di Vietnam,
Thailand, Kamboja, Cina, Indonesia,
Jepang, Laos, dan Korea Selatan.
Munculnya AI yang cukup ganas
pada akhir tahun 2003 lalu menyebabkan
45 orang meninggal.
Vietnam merupakan negara dengan
jumlah korban meninggal paling
banyak, yaitu 32 orang. Di Thailand
dilaporkan 12 orang meninggal dan
di Kamboja seorang meninggal akibat
kontak langsung dengan unggas
yang sakit. Hingga saat ini belum
ada laporan penularan AI dari manusia
ke manusia.
Di Indonesia, wabah AI terjadi
sejak pertengahan 2003 dan mencapai
puncaknya pada bulan Januari-
Februari 2004, yang memusnahkan
jutaan unggas. Baru-baru ini,
seorang warga Tangerang, Banten
beserta kedua putranya dilaporkan
meninggal akibat terjangkit flu burung.
Klasifikasi Virus
Avian influenza (AI) merupakan
virus yang sangat mudah bermutasi
dengan melakukan genetic drift dan
genetic shift, sehingga muncul virus
AI baru yang tidak dikenal oleh
sistem kekebalan tubuh yang ada.
Virus influenza termasuk dalam
famili Orthomyxoviridae dan dapat
menginfeksi beragam spesies termasuk
unggas, babi, kuda, hewan
air, dan manusia.
Virus influenza diklasifikasikan
sebagai influenza A, B, dan C berdasarkan
perbedaan antigenik pada
nukleoprotein (NP) dan protein
matriks (M), dan virus AI termasuk
dalam tipe A. Selanjutnya subtipe
ditetapkan berdasarkan antigeni-
sitas pada dua buah glikoprotein
permukaan, hemaglutinin (HA), dan
neuraminidase (NA). Terdapat 15
subtipe HA dan 9 subtipe NA yang
diidentifikasi pada influenza A.
Lebih jauh sekuen asam amino pada
daerah HA1 bertanggung jawab
terhadap antigenisitas HA, sedangkan
perbedaan di antara subtipe
adalah sekitar 30%.
Virus AI dengan semua subtipenya
ditemukan pada spesies
unggas, sedangkan pada mamalia
hanya tiga subtipe HA yaitu subtipe
H1, H2, H3, dan dua NA yaitu N1
dan N2. Dari 15 subtipe HA, hanya
virus influenza subtipe H1, H2, dan
H3 yang pernah menyebabkan penyakit
dan kematian pada manusia.
Virus AI yang dapat menyebabkan
pandemi pada manusia terjadi
pada saat reassortant (percampuran),
yang menyebabkan gen
hemaglutinin (HA) pada strain manusia
digantikan gen alel dari virus
avian influenza A. Hal ini pernah
terjadi pada tahun 1957 dan 1958.
Strain virus influenza pada manusia
dilaporkan berasal dari strain virus
influenza pada unggas setelah berevolusi
pada induk semang mamalia
perantara.
Pada tahun 1997 virus avian influenza
A yang sangat identik dengan
highly pathogenic (HP) subtipe
H5N1 telah diisolasi dari penyakit
yang menyerang ayam dan anakanak
yang sakit di Hongkong. Virus
avian influenza HP H5 telah diisolasi
sebelumnya dari wabah influenza
pada peternakan. Hal ini dicatat sebagai
kasus yang pertama tentang
infeksi virus avian influenza H5
langsung pada manusia tanpa terlebih
dulu beradaptasi pada induk
semang perantara, yakni mamalia.
Berdasarkan patotipe, virus AI
dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu highly pathogenic avian influenza
(HPAI) yang bersifat ganas
dan low pathogenic avian influenza
(LPAI) yang bersifat kurang ganas.
Virus HPAI menunjukkan gejala
kematian yang sangat tinggi, gangguan
pernapasan, produksi telur
berhenti atau menurun drastis, batuk,
bersin, ngorok, sinusitis odema
pada kepala dan muka, perdarahan
jaringan subkutan diikuti sianosis
kulit terutama pada kaki, kepala
dan pial, serta diare dan gangguan
syaraf. Infeksi akibat LPAI biasanya
tidak menimbulkan gejala klinis,
tetapi dapat juga terjadi ovarium
mengecil, pembengkakan ginjal,
dan pengendapan asam urat. Penetapan
virus avian infuenza sebagai
HP atau LP didasarkan pada intravenous
pathogenicity index (IVPI)
isolat virus dan sekuen asam amino
pada cleavage site HA.
Unggas air dan burung migrasi
merupakan reservoir untuk 15 subtipe
HA virus AI, tetapi infeksi pada
spesies jenis ini tidak menghasilkan
gejala klinis. Dari reservoir
ini, beberapa virus AI subtipe H5
dan H7 akan membahayakan unggas
domestik. Selain itu, dengan
adanya tekanan selektif, virus ini
dapat beradaptasi pada inang yang
baru dan menghasilkan virus yang
virulen (ganas) yang disebut dengan
virus HPAI.
Semua virus HPAI disebabkan
oleh subtipe H5 atau H7, tetapi tidak
semua subtipe ini adalah HPAI.
Suatu virus AI dikatakan highy
pathogenic apabila mempunyai nilai
IVPI lebih besar 1,2. Dengan melakukan
sekuensing pada genom
virus AI, virus ini (HP) mempunyai
multiple basic amino acids pada
cleavage site HA dengan motif RR-
R-K-K-R. Virus AI low pathogenic
tidak mempunyai multiple basic
amino acids pada cleavage site HA
atau mempunyai motif R-E-T-R.
Perubahan satu sekuen saja pada
cleavage site gen HA dari tipe
virulen (HPAI) ke tipe avirulen
(LPAI) akan mengurangi sebagian
besar virulensi virus. Di Indonesia,
sampai bulan Februari 2005, virus
AI yang berasal dari wabah, yang
telah diteliti berdasarkan sekuen
pada cleavage site gen HA, masih
merupakan virus AI virulen (HPAI).
Avian influenza (AI) atau lebih populer disebut flu burung tidak hanya
mematikan unggas dan ternak mamalia, tapi juga merenggut nyawa
manusia. Dari mana asal usul dan bagaimana menginaktivasi
virus berbahaya ini?
Obat Antivirus
Ketika sejumlah manusia terinfeksi
virus AI H5N1 pada tahun 1997,
amantadine secara cepat diimpor
ke Hongkong. Obat anti-influenza
ini mencegah infeksi dengan mengganggu
aktivitas M2 ion channel
dan menghambat uncoating virus.
Penelitian pada ayam menunjukkan
amantadine memberikan proteksi
yang sangat baik terhadap infeksi
virus, tetapi saat pemberian obat
pada rechallenge dengan virus yang
mematikan, ternyata semua ayam
tersebut mati. Mutasi titik pada
virus ternyata menyebabkan resistensi
terhadap obat ini, seperti hasil
penelitian pada virus influenza
manusia ataupun unggas. Masih
sedikit publikasi yang menginformasikan
efikasi amantadine yang
digunakan secara ekstensif pada
sejumlah besar pasien. Obat antivirus
lainnya adalah beberapa dari
jenis NA inhibitor seperti zanamivir
dan oseltamivir.
Virus ini dapat diinaktivasi pada
suhu 56oC selama 3 jam atau suhu
60oC selama 30 menit pada pH di
bawah 5 atau di atas 8. Bahan kimia
untuk menginaktivasi virus ini
adalah bahan pengoksidasi, sodium
dodecil sulfat dan β-propiolakton.
Desinfektan yang dapat digunakan
untuk mematikan virus ini adalah
formalin, peracetic acid atau beberapa
desinfektan yang telah
direkomendasikan sebagai antivirus.
Penularan
Virus influenza dikeluarkan melalui
sekresi unggas yang terinfeksi seperti
feses. Pengeluaran virus dimulai
24 jam sebelum gejala klinis
dapat dilihat dan selanjutnya virus
dapat dikeluarkan terus-menerus
selama 30 hari kemudian. Penularan
dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan sekresi dari unggas
terinfeksi, pakan, air, peralatan dan
Glikoprotein HA merupakan
diterminan utama restriksi rentang
pada inang, terutama perannya dalam
pengenalan sel inang. Spesifitas
reseptor virus influenza bervariasi,
bergantung pada inang dari mana
virus tersebut diisolasi. Pada manusia,
virus influenza mengenali sialyloligosaccharides
yang berdasarkan
diterminasi dengan N-acetylsialic
acid bergabung dengan pautan
α2,6 (NeuAcα2,6Gal). Pada unggas
dan kuda, virus mengenali Nacetylsialic
acid yang bergabung
dengan pautan α2,3 (NeuAcα2,
3Gal). Sebagai contoh, sel epitel
pada trakea manusia mengandung
NeuAcα2,6Gal, sedangkan trakea
kuda dan intestin itik (di mana virus
pada unggas bereplikasi) mengandung
NeuAcα2,3 Gal. Menariknya,
sel epitel pada trakea babi mengandung
pautan Neu Acα2,3Gal
dan Neu Acα2,6Gal. Hal ini menjelaskan
mengapa hewan ini mempunyai
kepekaan yang tinggi terhadap
virus AI dan manusia.
Ayam yang tertular virus flu burung, pial dan jengger membengkak dan kebiruan (atas),
pendarahan di daerah perut (kanan bawah), dan pendarahan subkutan dan odema telapak kaki
(kiri bawah).
baju yang terkontaminasi.
Serangga, tikus,
dan parasit serta manusia
dapat berperan
sebagai karier mekanis
dalam menularkan
virus ini. Sejauh ini belum
ada bukti virus
HPAI ditularkan secara
horizontal, tetapi
virus dapat ditransmisikanNA juga berperan dalam diskriminasi
rentang inang. Sebagai
contoh, virus reassortant (campuran)
yang mengandung semua
gen virus pada itik kecuali NA virus
manusia tidak dapat tumbuh pada
itik. Seperti HA, spesifitas substrat
dari NA berkontribusi terhadap
replikasi virus yang efisien. Satu
contoh, NA dari N2 virus unggas,
walaupun sangat spesifik untuk
hidrolasi pautan NeuAcα2,3Gal,
membutuhkan spesifitas pautan
NeuAcα2,6Gal selama evolusi pada
manusia.
Penularan AI perlu terus diwaspadai
mengingat virus ini cepat
bermutasi. Penelitian tentang penularannya
kepada spesies lain seperti
ternak mamalia harus segera dilakukan
dalam upaya pengendalian
(NLP. Indi Dharmayanti).

melalui kulit
telur.
Penularan interspesies
dapat saja
terjadi, tetapi inang
yang ada terbatas.
Sebagai contoh, virus
tidak dapat bereplikasi
secara efisien pada
manusia atau primata
yang bukan manusia.
Virus influenza pada
manusia pun tidak
dapat tumbuh dengan
baik pada itik. Sangat
sedikit yang diketahui
tentang virus dan faktor
inang yang dapat
menentukan rentang
spesies dari virus influenza



Ayam yang tertular virus flu burung, pial dan jengger membengkak dan kebiruan (atas),
pendarahan di daerah perut (kanan bawah), dan pendarahan subkutan dan odema telapak kaki (kiri bawah)